Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yogyakarta. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Oktober 2021

, ,

Pertengahan Oktober, Ada Apa?

Alm. Solichin bin Ilyas

Hari ini aku beranjak dari rumah menuju rumah, dari Semarang menuju Yogyakarta. Kegelisahan seperti menahan diriku untuk pergi, karena seseorang yang menemaniku di waktu kecil, harus dikuburkan di waktu yang sama dengan keberangkatanku ke Yogyakarta.

Lucu memang rencana Sang Pemilik Waktu, dimana aku ingin ikut mengantarkan eyang ke rumah baru. Pun dibenturkan oleh pilihan untuk tetap melaju untuk masa depan atau berhenti untuk melihat masa lalu yang berarti. Entah kenapa, dan bagaimana semua ini dapat berbenturan, namun akhirnya aku tetap untuk memilih berangkat menuju sebuah rumah yang sejenak aku tinggalkan. Dimana banyak tempat yang berbekas kenangan, baik yang indah maupun buruk tertinggal.

Mungkin ini lah yang dinamakan dilema, dimana aku jarang mengalaminya. Aku lebih memilih memutuskan hal-hal yang memang sudah pasti, atau harus membuat skala prioritas ketika banyak masalah yang harus dihadapi.

Orang dewasa pernah mengatakan, bahwa disaat seperti ini lah yang akan membuat diriku mampu naik kelas. Menjadi orang yang lebih bijaksana, lebih cepat dalam pengambilan keputusan, dan beberapa hal lainnya. Kembali pada kehilangan orang yang disayang, di kota yang dulu aku sebut rumah ini membuatku harus berpikir keras. Bagaimana aku harus bereaksi dengan tepat, apa yang mungkin luput aku perhatikan, dan sebagainya.

Dititik ini mungkin salah satu saat yang membuatku paling banyak berpikir, atau bisa dibilang terlalu cemas atas segala sesuatu. Tetapi dari hal-hal yang sudah terjadi dan tidak dapat dikembalikan seperti semula.

Terbentur, Terbentur, Terbentur, Terbentuk. -- Tan Malaka

Karena ketika sedang berada dalam fase kehidupan yang sulit, seseorang harus ingat bahwa masalah-masalah yang ada yang sedang dihadapi suatu hari nanti justru akan membuat dirinya menjadi lebih baik. Masalah seperti kegagalan yang bertubi-tubi tidak pernah hanya kita sendiri yang merasakan, semua orang juga pernah mengalaminya termasuk Tan Malaka.

Continue reading Pertengahan Oktober, Ada Apa?

Selasa, 10 Agustus 2021

, , , , ,

Sejarah Singkat Penemuan Kompleks Candi Prambanan

Kompleks Candi Prambanan Ketika DItemukan
Kompleks Candi Prambanan Ketika Ditemukan

Kompleks Candi Prambanan ditemukan pertama kali dalam catatan harian seorang pegawai VOC di Semarang yang bemama C.A Lons pada tahun 1733 Masehi. Dia menyebutkan bahwa candi ini terdiri dari 70 buah candi kecil-kecil. Dari bangunan induk ia hanya melaporkan adanya 3 buah bilik, dua diantaranya berisi area Durga Mahisasuramardini dan Ganesa, sedangkan pada bilik ke-3 hanya berisi lapik area yang berbentuk yoni. Hal lain yang tidak ada dalam laporannya yaitu adanya situs yang masih terpendam. Ini dapat diperkuat dengan laporan masih terdapat bukit-bukit disekitar kompleks.

Kunjungan lainnya dilakukan oleh pegawai VOC dari Semarang, yang dilakukan pada tahun 1744, pada tahun yang sama dikunjungi pula oleh Sterrenberg. Dan pada tahun 1746 Gubemur Jenderal Van Imhoff juga mengunjungi kompleks ini. Perhatian terhadap kompleks ini agak serius setelah Gubemur Engelhard memerintahkan kepada H.C. Cornelius seorang zeni tentara Belanda yang sedang membuat Benteng di Klaten untuk mengadakan pengukuran kompleks, dan tugas tersebut diselesaikan pada tahun 1807.

Ketika Inggris menguasai pulau Jawa, maka Gubemur Jenderal Stanford Raffles menugaskan M.C. Kenzie untuk mengadakan pengukuran kembali, kemudian diteruskan oleh Ds. Brumund. Pada tahun 1864, N.W. Hoepermans melaporkan bahwa sebagian besar batu-batu di kompleks ini telah diangkuti oleh pemilik pabrik gula, untuk dipakai sebagai bahan bangunan pabrik mereka.

Laporan tersebut mendapat perhatian dari Y zerman, yang telah mendirikan "Archaelogische Vereeniging Van Jogja", dan pada tahun 1885 dengan bantuan badan tersebut kompleks candi ini dibersihkan dari timbunan tanah, khususnya yang menutup ruangan-ruangan candi.

Kegiatan pembersihan terhadap kompleks candi ini diteruskan oleh J. Groneman, selanjutnya juru potret Cephas dapat membuat foto-foto relief, khususnya relief di candi Siwa. Penelitian Groneman disertai foto-foto yang dibuat Cephas diterbitkan pada tahun 1923 dengan judul "Tjandi Prambanan op Midden-Java", na de Ontgraving". Sayang sekali kegiatan J. Groneman ini kurang dilengkapi catatan-catatan yang baik dan lengkap serta sistematis, ini mengakibatkan sukar dan kacaunya dalam upaya pemugaran selanjutnya.

Suatu peristiwa yang sangat menyedihkan terjadi pada tahun 1896, yaitu ketika kedatangan raja Siam ke Yogyakarta, beliau mengehendaki peninggalan kuno di Yogya· sebagai kenang-kenangan, maka dikirimkanlah oleh pemerintah Hindia Belanda 8 buah gerobak benda-benda kuno kita termasuk lima buah relief dari kompleks Prambanan.

Tahun 1902-1903 Th Van Erp berusaha menyelamatkan ruangan-ruangan (bilik-bilik) penampil pada candi Siwa. Pada tahun 1915 relief-relief yang ada di kompleks difoto ulang dan hasilnya oleh Van Stein Callenfels dan dibantu oleh L. Poerbatjaraka dapat mengindetifikasi relief di candi Siwa dan relief Kresnayana di candi Wishnu.


Source: Buku Kompleks Candi Prambanan Dari Masa Ke Masa


x

Continue reading Sejarah Singkat Penemuan Kompleks Candi Prambanan