Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 10 Agustus 2021

, , , , ,

Sejarah Singkat Penemuan Kompleks Candi Prambanan

Kompleks Candi Prambanan Ketika DItemukan
Kompleks Candi Prambanan Ketika Ditemukan

Kompleks Candi Prambanan ditemukan pertama kali dalam catatan harian seorang pegawai VOC di Semarang yang bemama C.A Lons pada tahun 1733 Masehi. Dia menyebutkan bahwa candi ini terdiri dari 70 buah candi kecil-kecil. Dari bangunan induk ia hanya melaporkan adanya 3 buah bilik, dua diantaranya berisi area Durga Mahisasuramardini dan Ganesa, sedangkan pada bilik ke-3 hanya berisi lapik area yang berbentuk yoni. Hal lain yang tidak ada dalam laporannya yaitu adanya situs yang masih terpendam. Ini dapat diperkuat dengan laporan masih terdapat bukit-bukit disekitar kompleks.

Kunjungan lainnya dilakukan oleh pegawai VOC dari Semarang, yang dilakukan pada tahun 1744, pada tahun yang sama dikunjungi pula oleh Sterrenberg. Dan pada tahun 1746 Gubemur Jenderal Van Imhoff juga mengunjungi kompleks ini. Perhatian terhadap kompleks ini agak serius setelah Gubemur Engelhard memerintahkan kepada H.C. Cornelius seorang zeni tentara Belanda yang sedang membuat Benteng di Klaten untuk mengadakan pengukuran kompleks, dan tugas tersebut diselesaikan pada tahun 1807.

Ketika Inggris menguasai pulau Jawa, maka Gubemur Jenderal Stanford Raffles menugaskan M.C. Kenzie untuk mengadakan pengukuran kembali, kemudian diteruskan oleh Ds. Brumund. Pada tahun 1864, N.W. Hoepermans melaporkan bahwa sebagian besar batu-batu di kompleks ini telah diangkuti oleh pemilik pabrik gula, untuk dipakai sebagai bahan bangunan pabrik mereka.

Laporan tersebut mendapat perhatian dari Y zerman, yang telah mendirikan "Archaelogische Vereeniging Van Jogja", dan pada tahun 1885 dengan bantuan badan tersebut kompleks candi ini dibersihkan dari timbunan tanah, khususnya yang menutup ruangan-ruangan candi.

Kegiatan pembersihan terhadap kompleks candi ini diteruskan oleh J. Groneman, selanjutnya juru potret Cephas dapat membuat foto-foto relief, khususnya relief di candi Siwa. Penelitian Groneman disertai foto-foto yang dibuat Cephas diterbitkan pada tahun 1923 dengan judul "Tjandi Prambanan op Midden-Java", na de Ontgraving". Sayang sekali kegiatan J. Groneman ini kurang dilengkapi catatan-catatan yang baik dan lengkap serta sistematis, ini mengakibatkan sukar dan kacaunya dalam upaya pemugaran selanjutnya.

Suatu peristiwa yang sangat menyedihkan terjadi pada tahun 1896, yaitu ketika kedatangan raja Siam ke Yogyakarta, beliau mengehendaki peninggalan kuno di Yogya· sebagai kenang-kenangan, maka dikirimkanlah oleh pemerintah Hindia Belanda 8 buah gerobak benda-benda kuno kita termasuk lima buah relief dari kompleks Prambanan.

Tahun 1902-1903 Th Van Erp berusaha menyelamatkan ruangan-ruangan (bilik-bilik) penampil pada candi Siwa. Pada tahun 1915 relief-relief yang ada di kompleks difoto ulang dan hasilnya oleh Van Stein Callenfels dan dibantu oleh L. Poerbatjaraka dapat mengindetifikasi relief di candi Siwa dan relief Kresnayana di candi Wishnu.


Source: Buku Kompleks Candi Prambanan Dari Masa Ke Masa


x

Continue reading Sejarah Singkat Penemuan Kompleks Candi Prambanan

Selasa, 13 Desember 2016

, , , , , , , ,

Ayutthaya History

Kerajaan Ayutthaya merupakan kerajaan bangsa Thai yang berdiri pada kurun waktu 1351 sampai 1767 M. Nama Ayutthaya diambil dari Ayodhya, nama kerajaan yang dipimpin oleh Sri Rama, tokoh dalam Ramayana. Pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong) mendirikan Ayutthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai, yaitu 640 km ke arah utara, pada tahun 1376.
Dalam perkembangannya, Ayutthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa. Penguasa Ayutthaya bahkan mengizinkan pedagang Portugis, Spanyol, Belanda, dan Perancis untuk mendirikan pemukiman di luar tembok kota Ayutthaya. Raja Narai (1656-1688) bahkan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Raja Louis XIV dari Perancis dan tercatat pernah mengirimkan dutanya ke Perancis.
Pada tahun 1700-an, fase terakhir kerajaan tiba. Burma, yang telah mengendalikan dan juga lanna kerajaan mereka bersatu di bawah dinasti yang kuat, meluncurkan beberapa usaha invasi pada tahun 1750 dan 1760. Akhirnya, pada tahun 1767, Burma menyerang dan menaklukkan ibu kota itu. Keluarga kerajaan meninggalkan kota di mana raja meninggal karena kelaparan sepuluh hari kemudian. Ayutthaya garis kerajaan yang telah padam. Secara keseluruhan ada 33 raja di periode ini, termasuk raja tidak resmi.
Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut, kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah melawan bangsa luar. Ayutthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.
Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Birma dengan pemimpin Raja Alaungpaya yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Birma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya. Menghadapi kedua pasukan besar tersebut, satu-satunya perlawanan yang cukup berarti dilakukan oleh sebuah desa bernama Bang Rajan. Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan yang berlarut-larut. Berbagai kekayaan seni, perpustakaan-perpustakaan berisi kesusastraan, dan tempat-tempat penyimpanan dokumen sejarah Ayutthaya nyaris musnah; dan kota tersebut ditinggalkan dalam keadaan hancur.

Dalam keadaan negara yang tidak menentu, provinsi-provinsi melepaskan diri dan menjadi negara-negara independen di bawah pimpinan penguasa militer, biksu pemberontak, atau sisa-sisa keluarga kerajaan. Bangsa Thai dapat terselamatkan dari penaklukan Birma karena terjadinya serangan Tiongkok terhadap Birma serta adanya perlawanan dari seorang pemimpin militer bangsa Thai bernama Phraya Taksin, yang akhirnya mengembalikan kesatuan negara.
Continue reading Ayutthaya History